Sabtu, 03 September 2011

ponpes umar zahid semelo

Ponpes umar zahid semelo
Mungkin ini hanyalah sebuah napak tilas dari perjalanan panjangku ketika aku masih nyantri di pondok pesantren umar zahid semelo,pada tahun 2002 aku lulus dari sekolah dasar(waktu itu aku sekolah di min pucang simo)tiba tiba kakakku mengajakku ke pesantren,memang ketika aku masih kecil aku pernah bilang ke keluargaku kalau sudah besar aku ingin belajar di pesantren,akan tetapi ketika tiba saatnya aku harus ke pesantren rasanya berat,karena dalam pikiranku pada waktu itu tinggal dipesantren itu tidak enak,jauh dari orang tua,mau tidak mau akhirnya aku harus mengambil keputusan,pergi kepesantren untuk mencari ilmu.entah tanggal berapa aku lupa,tapi yang jelas keberangkatanku kepesantren pada hari selasa sore,dengan diantar kakakku yang bernama zainal aku berangkat naik sepeda hordok(sepeda kuno),membawa 2 buah semangka untuk diberikan kepada pak yai,hatiku bergetar tatkala aku turun dari sepeda,suasananya menjadi sangat asing,kulihat gapura di depan pintu masuk pesantren,tertulis tulisan arab yang berbunyi “al ma’had al islamissalafi ‘umar zahid”.setelah turun dari sepeda aku dan kakakku langsung menuju ndalem pak kiyai untuk sowan,setelah itu aku masuk ke area pesantren untuk mencari kamar,kamar pertamaku berada tepat di depan ndalem kiyai,di kamar  itu ada beberapa anak sekitar 6 orang,jumlah santri pada waktu itu kalau tidak salah ada 30 orang,diantara yang masih akuingat yaitu:bahrudi,anang,ragil mursodo,majid,dodik,syaifuddin,badri,aris,johan,cak didik,cak yo,basori,cak amin,acok,kalim,cipot,peker,pipin,yang lain aku sudah lupa.dan sekarang santrinya kira kira ada 20orang,diantaranya:abdulloh izroil,yoko,zen,rudi,bahar,ayyub,musthofa,tresno,fikri,furqon,amiq,hakim,said,saud,aziz,angga,ade,rizki,takul,amir,fahmi.tinggal pertama kali dipesantren rasanya sangat menderita,jauh dari orang tua,cuci baju sendiri dll,setiap  aku bangun dari tidur rasanya seperti ingin menangis,pikiranku tak henti hentinya memikirakan bapak dan emakku,memikirkan rumah dan teman temanku,ditambah dengan kicauan burung perkutut yang semakin mengiris hatiku,dalam hatiku aku sempat berpikir”oh malangnya nasibku,kenapa aku harus jalani hidup dipesantren seperti ini,yang menurutku sangat tidak enak”.disamping itu aku tidak boleh pulang oleh kakakku minimal sebulan,katanya biar orang tuaku menyangka aku kerasan dipesantren,2 bulan kemudian di pondok mengadakan haul mbah sulaiman kurdi dan mbah kiyai umar zahid,acaranya sangat meriah,2 minggu sebelum hari H sudah banyak acara,pokoknya dipondok ketika itu sangat ramai,membuatku sedikit kerasan dan menghilangkan kebosananku tinggal di pesantren,hari H dimulai,banyak sekali pengunjung yang berdatangan untuk mengikuti acara haul,pembicaranya dari jakarta yaitu KH.said aqil siroj,ditengah tengah acara aku kembali kekamar karena sudah ngantuk berat,ditengah tengah tidurku aku dipanggil salah satu temanku,katanya aku dijenguk orang tuaku,dan memang benar,emak dan bapakku datang di acara itu,setelah melihat badanku yang kurus,emak langsung meraih badanku dan memelukku sambil menangis,sembari berkata”kenapa le badanmu menjadi seperti ini?”akupun tidak tahan menahan air mataku,kerena memang aku juga rindu sekali dengan kedua orang tuaku.satu bulan aku makan di ndalem,dan mulai saat itu aku memutuskan untuk masak sendiri,disinilah aku dapat merasakan benar benar hidup dipondok,karena harus masak sendiri(kalau dalam bahasa jawanya ngliwet),kira kira 1 tahun aku masak sendiri,karena setelah itu aku disuruh oleh ibu nyai makan di ndalem secara gratis,dengan bantu bantu dirumah ibu nyai(kalau dalam bahasa pesantrenya ngawulo),itupun sebenarnya berawal dari ketidak sengajaan,ketika itu ada kalim dan cak yo yang ikut ibu nyai dan makan disana,karena ibu nyai tahu kalau aku adik dari zainal maka dari itu aku sering di suruh makan(kakakku dulu juga ngawulo di ibunyai),aku juga sering di ajak oleh temanku kalim memmbantu ibunyai,lama kelamaan aku semakin akrab dengan ibunyai dan akhirnya aku di suruh ngawulo sampai beberapa tahun,ibunyaiku orangnya sangat pemarah,pernah suatu hari aku dan kalim di suruh mengupas asem(dulu dibelakang rumah ibunyai ada pohon asem sangat besar),setelah menyuruhku ibunyaipun beprgian,akan tetapi aku dan temanku kalim tidak melaksanakan tugasku,akhirnya ketika ibunyai pulang dan melihat asemnya belum dikupas,beliau marah sekali,aku di marahi habis habisan sampai sampai aku menangis,dan masih banyak lagi cerita yang lain,tapi walaupun kelihatanya ibunyai pemarah,tapi sebenarnya beliau sangat baik,sangat sayang denganku,sangat ikhlas dalam mendidikku,walaupun beliau sering marah marah,tp semuanya itu di dasari dengan cinta,.tahun 2005 ketika itu aku masih kelas 3 mts,setelah subuh ibu nyai menangis sambil berkata kepadaku”zin!kakaku mbah jalil sedo zin”pada saat itulah pertama kali aku mendengar nama kakaknya ibunyai yaitu mbah jalil,tapi sebenarnya aneh juga dengan ibunyai lawong  memanggil kakaknya sendiri kok dengan mbah,.setiap sabtu pon dipondokku ada pengajian  rutinan al hikam oleh KH.djamaludin ahmad dari tambak beras,aku senang sekali kalau ada pengajianya mbah jamal karena disamping ngaji diniyahnya libur,hari itu adalah kesempatanku untuk nongkrong di warung lebih awal,dan juga mulai dari sore hari di putarkan sound system yang membuat suasana menjadi tentram,tahun 2008 aku lulus dari man 7 jombang,akupun mulai bingung mau kemana?mau kerja ya kerja apa?,akhirnya aku memutuskan untuk tetap bartahan di semelo,setahun aku melewati hari hari tanpa duduk di bangku sekolah,hanya kerja membantu ibunyai sampai kira kira setahun,setelah itu aku di tawari oleh menantunya pak yai dari lamonangan untuk kuliah,dengan berat hati aku akhirnya menerima tawaran itu karena sesungguhnya dalam hati kecilku sebenarnya aku tidak ingin kuliah,hanya saja keadaanku yang memaksa bahwa aku harus menerima tawaran itu,ketika tiba saatnya aku berpamitan dengan pak yai dan ibu nyai,sebenarnya air mataku tidak dapat ditahan,dan sesekali aku mengusap air mataku tanpa sepengetahuan dari ibu dan pak yai,begitu juga dengan ibu nyai tak dapat menahan air matanya melihat kepergianku,dengan langkah gontai aku langkahkan kakiku dr rumah ibunyai dan dari kawasan pesantren.saat itulah perjalananku di pon pes umar zahid semelo berakhir!