Sabtu, 03 September 2011

ponpes umar zahid semelo

Ponpes umar zahid semelo
Mungkin ini hanyalah sebuah napak tilas dari perjalanan panjangku ketika aku masih nyantri di pondok pesantren umar zahid semelo,pada tahun 2002 aku lulus dari sekolah dasar(waktu itu aku sekolah di min pucang simo)tiba tiba kakakku mengajakku ke pesantren,memang ketika aku masih kecil aku pernah bilang ke keluargaku kalau sudah besar aku ingin belajar di pesantren,akan tetapi ketika tiba saatnya aku harus ke pesantren rasanya berat,karena dalam pikiranku pada waktu itu tinggal dipesantren itu tidak enak,jauh dari orang tua,mau tidak mau akhirnya aku harus mengambil keputusan,pergi kepesantren untuk mencari ilmu.entah tanggal berapa aku lupa,tapi yang jelas keberangkatanku kepesantren pada hari selasa sore,dengan diantar kakakku yang bernama zainal aku berangkat naik sepeda hordok(sepeda kuno),membawa 2 buah semangka untuk diberikan kepada pak yai,hatiku bergetar tatkala aku turun dari sepeda,suasananya menjadi sangat asing,kulihat gapura di depan pintu masuk pesantren,tertulis tulisan arab yang berbunyi “al ma’had al islamissalafi ‘umar zahid”.setelah turun dari sepeda aku dan kakakku langsung menuju ndalem pak kiyai untuk sowan,setelah itu aku masuk ke area pesantren untuk mencari kamar,kamar pertamaku berada tepat di depan ndalem kiyai,di kamar  itu ada beberapa anak sekitar 6 orang,jumlah santri pada waktu itu kalau tidak salah ada 30 orang,diantara yang masih akuingat yaitu:bahrudi,anang,ragil mursodo,majid,dodik,syaifuddin,badri,aris,johan,cak didik,cak yo,basori,cak amin,acok,kalim,cipot,peker,pipin,yang lain aku sudah lupa.dan sekarang santrinya kira kira ada 20orang,diantaranya:abdulloh izroil,yoko,zen,rudi,bahar,ayyub,musthofa,tresno,fikri,furqon,amiq,hakim,said,saud,aziz,angga,ade,rizki,takul,amir,fahmi.tinggal pertama kali dipesantren rasanya sangat menderita,jauh dari orang tua,cuci baju sendiri dll,setiap  aku bangun dari tidur rasanya seperti ingin menangis,pikiranku tak henti hentinya memikirakan bapak dan emakku,memikirkan rumah dan teman temanku,ditambah dengan kicauan burung perkutut yang semakin mengiris hatiku,dalam hatiku aku sempat berpikir”oh malangnya nasibku,kenapa aku harus jalani hidup dipesantren seperti ini,yang menurutku sangat tidak enak”.disamping itu aku tidak boleh pulang oleh kakakku minimal sebulan,katanya biar orang tuaku menyangka aku kerasan dipesantren,2 bulan kemudian di pondok mengadakan haul mbah sulaiman kurdi dan mbah kiyai umar zahid,acaranya sangat meriah,2 minggu sebelum hari H sudah banyak acara,pokoknya dipondok ketika itu sangat ramai,membuatku sedikit kerasan dan menghilangkan kebosananku tinggal di pesantren,hari H dimulai,banyak sekali pengunjung yang berdatangan untuk mengikuti acara haul,pembicaranya dari jakarta yaitu KH.said aqil siroj,ditengah tengah acara aku kembali kekamar karena sudah ngantuk berat,ditengah tengah tidurku aku dipanggil salah satu temanku,katanya aku dijenguk orang tuaku,dan memang benar,emak dan bapakku datang di acara itu,setelah melihat badanku yang kurus,emak langsung meraih badanku dan memelukku sambil menangis,sembari berkata”kenapa le badanmu menjadi seperti ini?”akupun tidak tahan menahan air mataku,kerena memang aku juga rindu sekali dengan kedua orang tuaku.satu bulan aku makan di ndalem,dan mulai saat itu aku memutuskan untuk masak sendiri,disinilah aku dapat merasakan benar benar hidup dipondok,karena harus masak sendiri(kalau dalam bahasa jawanya ngliwet),kira kira 1 tahun aku masak sendiri,karena setelah itu aku disuruh oleh ibu nyai makan di ndalem secara gratis,dengan bantu bantu dirumah ibu nyai(kalau dalam bahasa pesantrenya ngawulo),itupun sebenarnya berawal dari ketidak sengajaan,ketika itu ada kalim dan cak yo yang ikut ibu nyai dan makan disana,karena ibu nyai tahu kalau aku adik dari zainal maka dari itu aku sering di suruh makan(kakakku dulu juga ngawulo di ibunyai),aku juga sering di ajak oleh temanku kalim memmbantu ibunyai,lama kelamaan aku semakin akrab dengan ibunyai dan akhirnya aku di suruh ngawulo sampai beberapa tahun,ibunyaiku orangnya sangat pemarah,pernah suatu hari aku dan kalim di suruh mengupas asem(dulu dibelakang rumah ibunyai ada pohon asem sangat besar),setelah menyuruhku ibunyaipun beprgian,akan tetapi aku dan temanku kalim tidak melaksanakan tugasku,akhirnya ketika ibunyai pulang dan melihat asemnya belum dikupas,beliau marah sekali,aku di marahi habis habisan sampai sampai aku menangis,dan masih banyak lagi cerita yang lain,tapi walaupun kelihatanya ibunyai pemarah,tapi sebenarnya beliau sangat baik,sangat sayang denganku,sangat ikhlas dalam mendidikku,walaupun beliau sering marah marah,tp semuanya itu di dasari dengan cinta,.tahun 2005 ketika itu aku masih kelas 3 mts,setelah subuh ibu nyai menangis sambil berkata kepadaku”zin!kakaku mbah jalil sedo zin”pada saat itulah pertama kali aku mendengar nama kakaknya ibunyai yaitu mbah jalil,tapi sebenarnya aneh juga dengan ibunyai lawong  memanggil kakaknya sendiri kok dengan mbah,.setiap sabtu pon dipondokku ada pengajian  rutinan al hikam oleh KH.djamaludin ahmad dari tambak beras,aku senang sekali kalau ada pengajianya mbah jamal karena disamping ngaji diniyahnya libur,hari itu adalah kesempatanku untuk nongkrong di warung lebih awal,dan juga mulai dari sore hari di putarkan sound system yang membuat suasana menjadi tentram,tahun 2008 aku lulus dari man 7 jombang,akupun mulai bingung mau kemana?mau kerja ya kerja apa?,akhirnya aku memutuskan untuk tetap bartahan di semelo,setahun aku melewati hari hari tanpa duduk di bangku sekolah,hanya kerja membantu ibunyai sampai kira kira setahun,setelah itu aku di tawari oleh menantunya pak yai dari lamonangan untuk kuliah,dengan berat hati aku akhirnya menerima tawaran itu karena sesungguhnya dalam hati kecilku sebenarnya aku tidak ingin kuliah,hanya saja keadaanku yang memaksa bahwa aku harus menerima tawaran itu,ketika tiba saatnya aku berpamitan dengan pak yai dan ibu nyai,sebenarnya air mataku tidak dapat ditahan,dan sesekali aku mengusap air mataku tanpa sepengetahuan dari ibu dan pak yai,begitu juga dengan ibu nyai tak dapat menahan air matanya melihat kepergianku,dengan langkah gontai aku langkahkan kakiku dr rumah ibunyai dan dari kawasan pesantren.saat itulah perjalananku di pon pes umar zahid semelo berakhir!

Minggu, 17 Juli 2011

Thoriqoh Syadziliyyah

THORIQOH SYADZILIYYAH

OLEH:FAIZIN

MAHASISWA AL JAMI’AH LI ULUM AL QURAN WA AL TAFSIR
DARI JOMBANG JAWA TIMUR DESA KRAPAK BANDAR KEDUNG MULYA
BELAJAR DI PONDOK PESANTREN UMAR ZAHID SEMELO JOMBANG


Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh syekh Abul hasan asy syadzily. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Tholib r.a dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW
Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy syadzily. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumara, dekat kota Sabtah, pada tahun 539H{1197M}. menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut. Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan bahwa Syadzili memiliki perawakan badan yang menarik,bentuk muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak memanjang pula. Jari-jarinya langsing seakan-akan jari2 orang Hejaz. Menurut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abul Azaim, ringan lidahnya, sedap didengar ucapan-ucapannya, sehingga kalau ia berbicara maka pembicaraannya itu mempunya pengertian yang mendalam. Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakan Syadzili, ia menjawab bahwa pertanyaan semacam ini pernah dikemukakan kepada Tuhan dalam fananya.Konon Tuhan mengatakan "Ya Ali Aku tidak menamakan dikau dengan nama Syadzili, tetapi dengan nama Syadzz yang artinya "jarang" karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepadaKu" Memang Syadzili termasuk salah seorang sufi yang luar biasa, seorang tokoh sufi terbesar yang dipuja dan dipuji diantaranya oleh wali-wali kebathinan dalam kitab-kitabnya, baik karena kepribadiannya maupun karena fikiran2 dan ajaran2 nya. Hampir tak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguatkan sesuatu uraian atau pendirian. Dalam menggambarkan sifat2 Syadzili, Muhammad al Maghribi menerangkan, bahwa Tuhan telah menganugrahkan kepada Syadzili 3 perkara yang belum pernah dicapai oleh orang-orang sebelumnya dan oleh orang-orang sesudahnya yaitu dia dan penganut2nya tertulis namanya dalam Luh Mahfuz, bahwa orang2 yang majdzub diantara golongannya kembali kepada dasar kejadian manusia yang suci dan bahwa pada qutub-qutubnya berjalan abadi sampai hari kiamat. Konon ia lahir sudah diumumkan oleh beberapa ulama sufi, bahwa akan lahir di Mesir seorang yang dinamakan Muhammad, yang akan mengadakan pembukaan ilmu dan rahasia kegaiban di tempat itu yang akan masyhur dan dikenal orang dalam zamannya, akan lahir seorang pemuda yang sangat tinggi adabnya dan perilakunya, bermadzab Hanafi bernama Muhammad bin Hasan, yang pada pipi sebelah kanan terbayang cahaya yang putih seperti awan yang warna kulitnya semu putih dan pada matanya terpancar cahaya yang gilang gemilang dan ia dilahirkan sebagai anak yatim yang miskin (sebagaimana dilahirkannya Nabi Muhammad saw dalam keadaan yatim dan miskin)
Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, Doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatasetelahnya.

Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.
a kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.

Sanad dan Silsilah Tariqah
• As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
• As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
• As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
• As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
• As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
• As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
• As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
• As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
• As-Syaikh At-Tartusi ra drp
• As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
• As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
• As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
• As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
• As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
• Imam Hasan Al-Basri ra drp
• Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
• Sayyidina Muhammad saw

Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili
• As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin
• Ali bin
• Abdullah bin
• Tamim bin
• Hurmuz bin
• Hatim bin
• Qusay bin
• Yusuf bin
• Yusya bin
• Ward bin
• Bathaal bin
• Ali bin
• Ahmad bin
• Muhammad bin
• Isa bin
• Muhammad bin
• Abi Muhammad bin
• Imam Hasan bin
• Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
• Rasulullah Sayyidina Muhammad saw
1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara' dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.
2. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
3. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).
4. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah.
5. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.
Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:
1. Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
2. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.
3. Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
4. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.
5. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.
Perkembangan thoriqoh syadziliyyah

Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.
Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, disamping Hizib al-Hafidzah, merupaka salah satu Hizib yang sangat terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan. Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Dan di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya bahwa kegunaan megis doa ini hanya dapat "dibeli" dengan berpuasa atau pengekangn diri yang liannyadibawahbimbinganguru.

Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.
Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah
Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
1. Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji bagi Tuhan!
2. Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkn keridhoan Allah, dan jangan duduk dimajelis kecuali yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah."
3. Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ihtiar sendiri.
4. Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk bermunajat kepada Allah yang memeliharamu dari-Nya.
5. Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai macam bala' yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya.
6. Sedikit amal dengan mengakui karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.
7. Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : "Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.



Daftar pustaka

http:// wikipedia org/wiki/thoriqoh syadziliyyah

http://dermaga hati-bagas blogspotcom 2008/05/tentanh thoriqoh syadziliyyahhtml

http://sufinews com/index php/syadziliyyah/thoriqoh syadziliyyah/halaman-3 sufi

Minggu, 01 Mei 2011




MAKALAH
“ BA’I DAN KHIYAR “
Mata Kuliah : FIQIH MA’AMALAH
Dosen pengampu :
H Moh Syamsul Falah,M,Pd.
















Penyusun :
Faizin 













AL JAMI’AH LI ULUM AL QUR’AN WA AL TAFSIR
TARBIYATUT THOLABAH
Kranji Paciran Lamongan
1431H/2010 M

















KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Fiqih Muamalah “. Semoga jerih payah kami dicatat sebagai amal baik yang nantinya bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi seluruh mahasiswa pada umumnya.
Dalam makalah ini akan kami uraiakan tentang “  Bai dan Khiyar “ yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita sekalian.
Kami menyadari,makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu,Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang, Dan makalah ini adalah makalah perdana mata kuliah “ fiqih muamalah “ pada semester III ini karena kami menyadari kebenaran yang haq hanyalah milik Allah SWT.
                                                                                                           

Penyusun








DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i 
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….iv
A. Latar belakang ……………………………………………………….. iv
B.  Rumusan masalah ……………………………………………………. iv
C.  Tujuan pembahasan …………………………………………………...iv
BAB II ……………………………………………………..…………….. v
A.Pengertian Jual beli  ……………………………………………………v
B.Rukun Jual beli ………………………………………………………...vi
C.Hukum jual beli ………………………………………………………..vii
BAB III ………………………………………………………………….viii
A.Pengertian khiyar ……………………………………………………...viii
B.Perbedaan para ulama’…………………………………………….……ix
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………...xi
A.Kesimpulan ………………………………………………………….....xi
B.Saran dan kritik …………..…………………………………………… .xi
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... ..xii





BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar belakang
            Didalam ilmu fiqih ada banyak pembahasan dengan demikian ada beberapa pembahasan tidak pernah tersentuh sehingga kami mencoba membahas “ Bai dan Khiyar “ .
            Untuk itu kami selaku pemakala mencoba untuk mengangkat dan menguraikan masalah tersebut dalam dunia sivitas akademika tentunya dengan harapan semoga bisa mengerti dan memahaminya,lebih-lebih sebagai penerus ahli fiqih generasi berikutnya,Aamin Yaa Robbal Aalamin.
B.Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud Bai’ ?
2.Bagaimana Rukun – Rukun Bai ‘ ?
3.Bagaimana Hukum Bai’ ?
4.Apa yang dimaksud Khiyar ?
5.Apa saja macam-macam Khiyar ?
6.Bagaimana Perbedaan pendapat antar Ulama’ ?
C.Tujuan Pembahasan
1.Mengetahui maksud dari Bai’.
2.Dapat menyebutkan Rukun – Rukun Bai’.
3.Dapat menjelaskan Hukum – Hukum Bai’.
4.Mengetahui maksud dari Khiyar.
5.Dapat menjelaskan perbedaan pendapat antar ulama’.




BAB II
A.    PENGERTIAN JUAL BELI ( BAI’ )
Bai’ ( jual beli ) menurut bahasa artinya “ menukarkan sesuatu dengan sesauatu yang lain “Sedangkan  menurut syara’ adalah “ menukarkan  harta dengan harta yang lain melalui cara tertentu “.[1]
Dasar  hukum  jual beli  adalah ayat Al-Qur’an Surat Al- Baqoroh Ayat 275 :
واحل الله البيع وحرم ا لر بو ا ( البقرة :  275 )
Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.[2]
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi,ditinjau dari hukumnya ada 2 macam yaitu: jual beli yang sah menurut hukum dan batal,dari segi objek jual beli dan segi pelaku,ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibai menjadi 3 :
1.      Jual beli benda yang kelihatan
2.      Jual beli yang disebutkan sifatnya dalam janji
3.      Jual beli benda yang tak ada
Jual beli benda yang kelihatan  ialah : pada waktu melakukan akad jual beli benda/barang yang diperjual belikan ada didepan penjual dan pembeli hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan,seperti membeli beras dipasar.jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian adalah jual beli salam ( pesanan ) ,menurut kebiasaan para pedagang,salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai ( kontan ) salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah : jual beli yang dilarang oleh agama  islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang bisa merugikan salah satu pihak.[3]
B.     RUKUN JUAL BELI
1.      Penjual dan pembeli dengan syarat sebagai berikut :
a.       Berakal,agar dia tidak terkeco,orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
b.      Dengan kehendak sendiri ,( bukan dipaksa )
c.       Tidak mubadzir ( pemboros ) sebab harta orang yang mubadzir itu ditangan walinya.
d.      Balig ( berumur 15 keatas atau sudah dewasa ) anak kecil tidak sah jual belinya.[4]

Para imam madzab berbeda pendapat mengenai jual beli yang dilakukan anak kecil,menurut pendapat maliki dan syafii tidak sah,hanafi dan hambali berpendapat sah jika dia sudah mumayyais,akan tetapi hanafi mensyaratkan harus ada  izin dulu dari walinya,dan dengan izin itu dibenarkan lagi sesudah penjualan ,hambali juga mensyaratkan demikian .[5]
2.      Uang dan benda yang dibeli dengan syarat sebagai berikut :
a.       Suci,barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan,seperti kulit binatang/bangkai yang belum disama’
b.      Ada manfaatnya tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya dilarang pula mengambil tukaranya karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan harta yang terlarang dalam kitab suci.
c.       Barang itu dapat diserahkan.tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli misalnya : ikan dalam laut,barang rampasan yang masih berada ditangan yang merampasnya.
d.      Barang tersebut merupakan kepunyaan sipenjual,kepunyaan yang diwakilinya/yang mengusahakan.
e.       Barang tersebut diketahuai oleh sipenjual dan sipembeli,dzat,bentuk,kadar( ukuran ),dan sifat –sifatnya.[6]

3.      Lafadz Ijab dan Qobul 
Masalah ijab qabul ini ulama’berbeda pendapat diantaranya sebagai berikut:
a.       Menurut ulama’ syafiyah  ialah tidak sah akad jual beli kecuali dengan sighot ijab qabul yan diucapkan.
b.      Imam malik berpendapat  bahwa jual beli itu telah sah dan dapat dilakukan secara dipahami saja.
c.       Pendapat ketiga adalah, penyampaian akad dengan perbuatan atau disebut juga dengan akad bil mu’athoh[7]

Maliki berkata sah jual beli Mu’athah,pendapat ini dipilih oleh Ibnu As-Shobah,An-Nawawi dan segolongan ulama’ syafii lainya ,dalam  riwayat lain ,hanafi dan hambali berpendapat seperti ini ,apakah dalam  jual beli barang kecil dsyaratkan ijab dan qabul sebagaimana barang besar ?hanafi dalam salah satu riwayatnya tdak disyaratkan ,baik dalam   jual beli barang kecil maupun besar ,namun dalam  riwayat lain hanafi mensyaratkan ijab qabul untuk barang yang besar ,sedangkan barang kecil-kecilan t idak diperlukan ,demikian pendapat hambali ,maliki tidak disyaratkan secara mutlak ,stiap hal yang dipandang menurut kebiasaan sebagai jual beli maka hal tersebut menjadi sah[8]   
Syarat Ijab Qabul:
a.       Tidak dipisah dengan diam dalam waktu yang lama,lain halnya jika hanya sejenak.
b.      Tidak ditengah-tengah dengan kata-kata yang lain dari akad,sekalipun hanya sedikit,misalnya kata-kata yang tidak ada kaitanya dengan bentuk transaksi,lagi pula bukan untuk kemaslahatanya
c.       Mempunyai makna yang bersesuaian,tidak harus dalam lafalnya
d.      Ijab harus tidak bergantungan,karena itu,jika akad jual beli digantungkan dengan sesuatu,maka hukumnya tidak sah,misalnya:jika ayahku sudah meninggal dunia,maka ku jual barang ini kepadamu.[9]